Sabtu, 21 Agustus 2010

Sehat Bersepeda, Bikin Umur Panjang


Info Sehat Bersepeda, Bikin Umur Panjang - Kenneth H Cooper, ahli kesehatan Amerika Serikat, pada tahun 1970-an menciptakan sistem aerobik dan menempatkan kebiasaan bersepeda sebagai salah satu olahraga yang ia anjurkan. Bersepeda adalah olahraga yang menyehatkan guna mencegah penyakit jantung, stroke dan tekanan darah tinggi.

Di Amerika Serikat dan negara maju, ketika itu penyakit jantung menduduki urutan pertama penyebab kematian. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Berdasarkan data dari Klub Jantung Sehat di Jakarta, pada tahun 1970-an ketika Cooper menciptakan sistem aerobik, penyakit jantung baru menempati urutan ke-12. Tapi pada tahun 1990-an melonjak drastis tanpa kendali, naik ke urutan pertama penyebab kematian.

Kenaikan penderita penyakit jantung itu seiring makin membludaknya jumlah kendaraan yang memanjakan masyarakat sampai ke daerah-daerah pedesaan, sehingga mereka kurang bergerak. Kini penyakit jantung bukan saja berada di urutan pertama, tapi telah menyerang mereka yang berusia muda dan usia produktif.

Berbarengan dengan itu, jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia juga makin meningkat. Kini stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian. Penyakit yang dapat melumpuhkan ini juga banyak menyerang mereka yang berusia di bawah 40-an tahun.

Di tengah-tengah memuncaknya jumlah penderita penyakit mematikan itu, kini makin digalakkan agar masyarakat mau kembali ke masa lalu untuk memasyarakatkan kebiasaan bersepeda. Seperti dikemukakan Walikota Jakarta Selatan, Syahrul Effendi, kini pihaknya tengah menyiapkan pembangunan percontohan jalur khusus sepeda. Ini sesuai dengan permintaan para pengendara sepeda (bikers ) yang jumlahnya makin banyak.

Bukan hanya untuk kesehatan, makin banyaknya warga Jakarta bersepeda akan berdampak berkurangnya kemacetan lalu lintas. Pengendara mobil dan motor yang paling berperan dalam mengotori udara kota Jakarta beralih ke sepeda. Pembuatan jalur khusus sepeda akan diintegrasikan dengan transportasi lainnya, seperti busway (Trans Jakarta), termasuk mendirikan parkir sepeda di dekatnya. Pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang kini tiap pekan diberlakukan di sejumlah jalan di Jakarta, pengendara sepeda bisa mencapai 30 ribu orang.

Menyehatkan
Bersepeda, juga olahraga lainnya, diyakini akan dapat meningkatkan aliran darah dan menjaga pembuluh darah. Seperti dikemukakan oleh Prof dr Dede Kusmana, pendiri Klub Jantung Sehat, melalui olahraga ini pembuluh darah akan tetap lentur dan mencegah pengumpalan darah.

Selain itu, bersepeda juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dan menurunkan kolesterol jahat, termasuk mencegah timbulnya stres. Dalam ilmu kesehatan diyakini bahwa stres merupakan salah satu penyebab timbulnya gangguan penyakit degeneratif. Lembaga kesehatan di Singapura mencontohkan bahwa bersepeda santai dalam waktu 30 menit dapat membakar 240 kalori atau setara empat potong roti.

Begitu pentingnya hidup sehat, dewasa ini di Eropa makin semarak masyarakat bersepeda saat ke kantor ataupun ke pusat-pusat perbelanjaan. Bukan hanya pemuda-pemuda, tapi kita akan mendapati nenek dan kakek dengan santainya mengenjot kendaraan roda dua ini. Di Belanda, menurut data sebuah majalah tahun 2008, terjadi peningkatan pengguna sepeda sebanyak 750 ribu unit dibandingkan tahun sebelumnya.

Mereka merasa bangga mengendarai sepeda, karena berperan bukan saja dari segi kesehatan, tapi juga menghindari polusi. Seperti juga di Belanda, di Jerman ketika saya berkunjung terlihat di jalan-jalan pengendara sepeda yang melewati jalur khusus sepeda. Dewasa ini usia hidup masyarakat Jerman rata-rata 89 tahun (wanita) dan 85 tahun (pria). Sedangkan sia pensiun 69 tahun.

Jalur khusus
Pada zaman Belanda sampai sebelum kedatangan balatentara Jepang, ada jalur khusus untuk sepeda di Batavia. Tiap pagi, ribuan pekerja dan murid-murid pergi ke sekolah naik sepeda, termasuk mahasiswa, melewati jalur yang tidak boleh dilalui kendaraan lain kecuali pejalan kaki. Di sekolah dan perguruan tinggi, kantor, bioskop, pasar, dan gedung, terdapat tempat penitipan sepeda yang dibangun secara khusus.

Pada sore hari untuk mencari angin muda-mudi pesiar dengan bersepeda sekaligus berpacaran. Sampai tahun 1960-an ketika sepeda masih banyak dijumpai di jalan-jalan terdapat banyak sepeda yang disebut peneng dari kata Belanda pening . Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), karena kesulitan mendapatkan ban berangin, ban sepeda diganti dengan ban karet tanpa angin yang disebut ban mati .

Tiap Ahad pagi, ratusan jamaah pergi ke majelis taklim Habib Ali di Kwitang dengan mengendarai sepeda dari daedah Kuningan, Kemang, Pejaten, Ragunan dan Condet, yang sampai tahun 1950-an merupakan daerah pedesaan, dengan mengendarai sepeda. Sejumlah anak muda Kwitang tiap Ahad pagi ketiban rezeki menjadi tukang parkir sepeda.

Sayangnya, ketika itu jalan-jalan di daerah-daerah tersebut umumnya belum beraspal hingga ketika musim hujan bukan manusia naik sepeda tapi sepeda menaiki manusia. Karena sepeda harus mereka panggul. Hingga pengendara harus menyiapkan sebatang bambu guna membersihkan lumpur di kedua rodanya. Maklum kala itu daerah Kuningan, Buncit dan Pejaten, masih merupakan daerah pertanian dan peternakan sapi yang sebagian besar belum beraspal.

Tidak ada komentar: